Skip to main content

Konfigurasi & Keandalan Sistem Distribusi

Konfigurasi suatu jaringan tenaga listrik memiliki dua konsep konfigurasi

  1. Jaringan radial
    Jaringan radial hanya mempunyai satu pasokan sumber tenaga listrik, jika terjadi gangguan akan terjadi pemadaman pada bagian tertentu
  2. Jaringan bentuk tertutup
    Jaringan yang mempunyai alternatif pasokan tenaga listrik jika terjadi gannguan. Sehingga jika terjadi gangguan, maka bagian yang mengalami pemadaman dapat dikurangi bahkan dapat dihindari
Berdasarkan dua konsep konfigurasi diatas, dibentuk konfigurasi-konfigurasi jaringan dengan tujuang perencanaanya sebagai berikut :


  1. Konfigurasi Tulang Ikan (Fish Bone)
  2. Konfigurasi Kluster (Cluster / Leap Frog)
  3. Konfigurasi Spindel (Spindle)
  4. Konfigurasi Fork
  5. Konfigurasi Spotload (Parallel Spot)
  6. Konfigurasi Jala-Jala (Grid, Mesh)
  7. Konfigurasi Bunga
  8. Konfigurasi Garpu
  9. Konfigurasi Rantai

Keandalan Kontinuitas

Tingkat keandalan kontinuitas penyaluran menunjukkan seberapa lama padam yang dapat terjadi jika ada gangguan. Secara ideal tingkat keandalan kontinuitas penyaluran dibagi atas 5 tingkat :
  • Tingkat 1
    Pemadaman dalam orde beberapa  1 jam.
    Umumnya terjadi pada sistem konfigurasi radial.
  • Tingkat 2
    Pemadaman dalam orde kurang dari 1 jam.
    Umumnya terjadi pada sistem loop
  • Tingkat 3
    Pemadaman dalam orde menit.
    Umumnya pada sistem yang telah memiliki SCADA
  • Tingkat 4
    Pemadaman dalam orde detik.
    Umumnya pada sistem konfigurasi fork yang memiliki automatic switching
  • Tingkat 5
    Sistem tanpa pemadaman
    Dapat terjadi pada sistem spotload.
Keputusan untuk mendesain sistem jaringan berdasarkan tingkat keandalan adalah faktor utama yang mendasari memilih suatu bentuk konfigurasi dengan tetap mempertimbangkan aspek pelayanan teknis, jenis pelanggan dan biaya investasi.

Comments

  1. Bagaimana mendapatkan orde pemadaman dari artikel diatas? Apakah orde pemadaman tersebut memiliki standar atau didasari dengan sistem yang telah ada (bedasarkan data historis)

    Apakah ada cara untuk menentukan predictive model untuk reliability suatu sistem tenaga?

    Terimakasih untuk sharenya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terdapat hubungan antara orde tingkat keandalan dan lama pemadaman. Orde 1 menunjukkan bahwa kemungkinan tidak padam adalah 90%. Untuk orde dua, kemungkinan tidak padam adalah 99%. Orde 3, kemungkinan tidak padam dalam suatu kurun waktu adalah 99,9%. Orde 4, kemungkinan tidak padam 99,99%. (Mudahnya, besar orde menunjukkan banyaknya angka 9)

      Untuk orde 1, dengan kemungkinan tidak padam adalah 90% maka kemungkinan padam adalah 10% sehingga dalam 1 hari, orde 1 kemungkinan padam selama (10% x 24 jam)=2,4 jam.
      Dst

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jam Nyala

Jam Nyala (JN) adalah rasio dari pemakaian kWh dalam satu bulan dibagi dengan daya (kVA) tersambung. Jam Nyala merupakan parameter untuk menentukan seberapa besar daya yang tersalurkan pada pelanggan tersebut untuk berbagai daya. Dengan jam nyala kita akan menentukan apakah pelanggan tersebut besar atau kecil pemakaiaannya. Rumus sebagai berikut :

Kode-kode Listrik Prabayar

Listrik prabayar dapat digunakan dengan cara mengisi terlebih dahulu pulsa/token. Selain itu, LPB (litrik prabayar) dapat juga untuk mengukur tegangan dan arus yang sedang mengalir. Dengan menekan kode-kode tertentu kita bisa mendapatkan besar tegangan, sisa kredit, daya sesaat dll. Pada umumnya di LPB menggunakan kode yang sama seperti (tekan enter setelah kode tersebut) 37 enter untuk sisa kWh, dan 41 enter untuk tegangan Berikut kode dan fungsi dari 00 sampai 99

Kelas Current Transformer

KELAS CURRENT TRANSFORMER CT proteksi dan CT metering apa sih bedanya? Sebenarnya keduanya bekerja dengan prinsip yang sama, mengubah nilai arus pada primer menjadi nilai arus pada sekunder dengan perbandingan tertentu. Pada umumnya, CT pada Tegangan Menengah memiliki 4 terminal yang mana 2 output untuk pengukuran dan 2 output digunakan untuk proteksi. Terminal sekunder pada CT 1S1 dan 1S2 digunakan sebagai terminal sekunder untuk pengukuran dan 2S1 dan 2S2 digunakan sebagai terminal sekunder untuk proteksi. Kelas CT Metering Dalam IEC61869-2, telah diatur kelas untuk CT yaitu 0,1 - 0,2 - 0,5 - 1 - 3 - 5 dan ada juga 0,2s dan 0,5s. Perbedaan antara keduanya adalah error maksimal terjadi pada CT tersebut. Untuk memudahkan pemahaman, bisa dilihat pada tabel dibawah ini. Kelas CT