Skip to main content

Formula Jogja

Jika anda termasuk orang yang menghitung susut di PLN, maka anda pernah dengar "formula jogja".

Salah satu pendekatan untuk mendapatkan nilai susut teknis dan susut non teknis secara cepat.
Kita akan kesulitan menghitung nilai susut secara real, tetapi dengan beberapa pendekatan dan asumsi yang ada kita akan mendapatkan nilai susut.

 Lebih baik mendapatkan suatu nilai dengan beberapa pendekatan daripada tidak ada sama sekali
Penulis tidak mengetahui mengapa formula ini dinamakan formula jogja. Rumor yang beredar bahwa formula ini digunakan pertama kali  di Jogja. (it's not important)

Ditulisan ini akan dibahas menjadi 4 bagian
  1. Bagian I
    Menjelaskan inputan kwh produksi dan kwh jual
  2. Bagian II
    Menjelaskan hasil perhitungan susut teknis dan non teknis
  3. Bagian III
    Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan susut
  4. Bagian IV
    Menjelaskan perhitungan untuk mendapatkan nilai





Tampilan umum




Untuk memudahkan maka saya membagi pembahasan formula jogja ini menjadi 2 tahap.
Tahap pertama akan menjelaskan secara sederhana
Tahap kedua akan membahas secara detail perhitungan dan bagaimana mendapatkan nilai nilai secara lebih akurat. (akan ditulis di post lanjutan)

BAGIAN I



Yang perlu diupdated tiap bulannya

  • Penerimaan
    Energi yang didapatkan dari pembangkit atau unit lain
  • Penjualan (Totat, TT, TM maupun TR)
    kwh jual yang didapatkan dari pemakaian murni dari pelanggan di unit tersebut.
    Gunakan kwh jual dengan versi DPM. Versi DPM digunakan dikarenakan untuk menghindari penggunakan Emin pada pelanggan di unit tersebut. 
  • Pemakaian Sendiri GD
    Pemakain pada Gardu Hubung atau Gardu Induk.

BAGIAN II



Bagian ini menjelaskan hasil perhitungan formula jogja

  •  Susut Total
    Energi yang hilang dalam kwh pada bulan dan unit tersebut
  • Susut I2R
    Susut Teknis
  • Susut non I2R
    Susut non Teknis

BAGIAN III


Yang perlu diupdated tiap bulannya
  • Faktor Beban [1]
    Perbandingan kwh rata-rata yang disalurkan dibandingkan dengan kwh maksimum yang pernah disalurkan
  • Tahanan Penghantar
    Hambatan rata-rata pada jaringan TM, TR dan SR
    Data yang dibutuhkan adalah panjang tiap jaringan dan besar penampang yang ada
  • Periode Perhitungan
    Jumlah jam dalam satu bulan perhitungan tersebut

BAGIAN IV


Yang perlu diupdated tiap bulannya
  • Jml  Peny/Trafo/Jur/Kons
    Jumlah Penyulang pada unit tersebut
    Jumlah Trafo pada penyulang tersebut
    Jumlah jurusan pada trafo untuk pelanggan SR (Jika tidak ada data yang akurat, asumsikan 2 jurusan untuk tiap trafo)
    Jumlah Kons adalah jumlah pelanggan TR
  • Panjang JTM/KVA Trafo/JTR/SR
    Panjang JTM adalah panjang jaringan tegangan menengah dalam TM
    KVA Trafo adalah KVA total trafo
    Panjang JTR adalah total panjang JTR
    Panjang SR adalah total panjang SR



Jika teman-teman ingin mengetahui perhitungan lebih detail tentang formula jogja, dapat melihat di link berikut
Referensi:
[1] https://id.scribd.com/doc/299816588/Breakdown-Formula-Jogja-Pln

Comments

Popular posts from this blog

Jam Nyala

Jam Nyala (JN) adalah rasio dari pemakaian kWh dalam satu bulan dibagi dengan daya (kVA) tersambung. Jam Nyala merupakan parameter untuk menentukan seberapa besar daya yang tersalurkan pada pelanggan tersebut untuk berbagai daya. Dengan jam nyala kita akan menentukan apakah pelanggan tersebut besar atau kecil pemakaiaannya. Rumus sebagai berikut :

Kode-kode Listrik Prabayar

Listrik prabayar dapat digunakan dengan cara mengisi terlebih dahulu pulsa/token. Selain itu, LPB (litrik prabayar) dapat juga untuk mengukur tegangan dan arus yang sedang mengalir. Dengan menekan kode-kode tertentu kita bisa mendapatkan besar tegangan, sisa kredit, daya sesaat dll. Pada umumnya di LPB menggunakan kode yang sama seperti (tekan enter setelah kode tersebut) 37 enter untuk sisa kWh, dan 41 enter untuk tegangan Berikut kode dan fungsi dari 00 sampai 99

Kelas Current Transformer

KELAS CURRENT TRANSFORMER CT proteksi dan CT metering apa sih bedanya? Sebenarnya keduanya bekerja dengan prinsip yang sama, mengubah nilai arus pada primer menjadi nilai arus pada sekunder dengan perbandingan tertentu. Pada umumnya, CT pada Tegangan Menengah memiliki 4 terminal yang mana 2 output untuk pengukuran dan 2 output digunakan untuk proteksi. Terminal sekunder pada CT 1S1 dan 1S2 digunakan sebagai terminal sekunder untuk pengukuran dan 2S1 dan 2S2 digunakan sebagai terminal sekunder untuk proteksi. Kelas CT Metering Dalam IEC61869-2, telah diatur kelas untuk CT yaitu 0,1 - 0,2 - 0,5 - 1 - 3 - 5 dan ada juga 0,2s dan 0,5s. Perbedaan antara keduanya adalah error maksimal terjadi pada CT tersebut. Untuk memudahkan pemahaman, bisa dilihat pada tabel dibawah ini. Kelas CT